Tingkat emisi karbon yang tinggi telah menjadi masalah lingkungan hampir di seluruh permukaan bumi. Inilah sebabnya banyak pihak terutama pemerintah dan pengelola industri besar penghasil polusi mengambil langkah strategis. Salah satunya adalah teknologi PLTU SCR yang sudah lazim digunakan oleh negara maju. Teknologi ini sudah di diimplementasi oleh PLTU Jawa 9 dan 10.
Para ahli melihat bahwa pensiun dini penggunaan batu bara sebagai bahan bakar utama pembakaran PLTU masih sulit dilakukan. Selain karena stok batu bara di Indonesia cukup besar, saat ini belum ditemukan energi pengganti yang lebih ramah lingkungan namun bisa menghasilkan tenaga sebesar batu bara.
Keunggulan SCR
PLTU SCR adalah istilah untuk menggambarkan pembangkit listrik tenaga uap yang didesain menerapkan teknologi Selective Catalytic Reduction. Teknologi ini menggabungkan bahan bakar dari batu bara dengan amonia hijau dan diharapkan mampu menghasilkan tekanan uap yang sama dengan murni batu bara saja.
Penggunaan batu bara digabung dengan amonia hijau berarti mengurangi konsumsi bahan bakar dan polusi sisa pembakaran. Tentu saja teknologi ini belum bisa menghilangkan polusi secara langsung. Masih ada sisa pembakaran yang perlu diolah lagi sehingga aman ketika dilepas ke alam bebas.
Sampai saat ini, PLTU SCR masih menjadi alternatif terbaik sebagai teknologi yang bisa diterapkan pada mesin pembangkit listrik. Sambil menunggu hasil penelitian para ilmuwan mengenai energi terbarukan yang bisa digunakan dan lebih ramah lingkungan. Sudah saatnya manusia melakukan kegiatan apapun dengan upaya meminimalisir polusi.
Selama ini indeks kualitas udara bersih cenderung menunjukkan peringatan berwarna merah terutama pada kota besar yang minim lahan hijau dan daerah industri. Situasi tersebut mungkin berubah setelah nanti ada energi terbarukan yang bisa digunakan dan alternatif bahan bakar minim polusi yang diterapkan secara massal.
Seperti kendaraan listrik yang mulai gencar disosialisasikan agar dipakai oleh masyarakat luas. Bahkan pemerintah menawarkan diskon dan subsidi harga cukup menggiurkan agar masyarakat beralih dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik. Setelah bahan bakar cair banyak terkonversi ke tenaga listrik, proses produksi listrik bisa diupayakan lebih ramah lingkungan.
Apa Itu Green Amonia?
Kabar baiknya, amonia adalah salah satu bahan kimia dengan jumlah produksi terbesar kedua setelah asam sulfat. Istilah “green ammonia” mengacu pada proses produksi amonia yang bebas karbon. Yaitu menggunakan hidrogen dari proses elektrolisis air dan nitrogen dari hasil pemisahan dengan udara.
Pada dasarnya amonia memiliki sifat tidak mudah terbakar, berbeda dengan hidrogen yang mudah sekali terbakar. Sifat ini membuatnya lebih aman saat digunakan sebagai bahan bakar alternatif, terutama di PLTU SCR. Setelah melalui proses pembakaran, amonia juga tidak menghasilkan karbon dioksida, hanya menyisakan air dan nitrogen.
Proses Penurunan Tingkat Emisi Karbon
Penerapan sistem SCR pada PLTU menggabungkan dua bahan bakar sekaligus, yaitu amonia hijau dan batu bara. Keduanya saat ini masih berada dalam tahap uji coba dan diharapkan mampu menghasilkan tekanan sesuai target. Penggunaan bahan bakar yang sebagian di-supply dengan amonia membuat tingkat emisi karbon yang dihasilkan menurun drastis.
Meski demikian, tetap dilakukan upaya pengolahan sisa pembakaran tungku PLTU agar limbah mencapai kategori aman saat dilepas ke alam bebas. Teknologi untuk menekan sisa nitrogen dioksida yang bisa diterapkan bersama dengan SCR adalah Low Nox Burner, demikian dilansir detikekonomi.
Penerapan teknologi PLTU SCR bersamaan dengan Low NOx Burner setara dengan negara maju diharapkan dapat menekan angka emisi karbon bahkan sampai ke angka 0. Sejatinya memang kemajuan teknologi harus lebih bermanfaat, bukan merugikan hidup manusia.